Job Fair Bekasi Ricuh: Kronologi, Sebab, dan Solusinya

Admin

30/05/2025

3
Min Read

On This Post

BEKASI, MasterV – Acara Job Fair Bekasi Pasti Kerja Expo 2025 yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi pada hari Selasa, (27/5/2025), di Gedung Convention Center President University, Jababeka, berubah menjadi kekacauan yang tidak terduga.

Situasi ini berkembang setelah ribuan pencari kerja terlibat dalam aksi saling dorong, berdesakan untuk mendapatkan pamflet yang berisi QR Code lowongan kerja, yang sayangnya berujung pada kericuhan dan beberapa peserta dilaporkan pingsan.

Pertanyaan mendasar muncul: mengapa kegiatan yang seharusnya menjadi penghubung yang efektif antara para pencari kerja dan perusahaan-perusahaan justru berakhir dengan kerusuhan? Bagaimana kronologi detail dari kericuhan job fair Bekasi di Jababeka ini bisa terjadi?

Kronologi Rinci Kericuhan Job Fair Bekasi

– Membeludaknya Peminat

Sejak pagi hari, tepatnya Selasa, (27/5/2025) pukul 08.00 WIB, ribuan pencari kerja sudah mulai memadati area lokasi job fair. Sebagian besar dari mereka bahkan tiba lebih awal demi mengamankan posisi dalam antrean terdepan.

Data mencatat kehadiran 25.000 orang di lokasi acara, sebuah angka yang jauh melampaui ekspektasi awal panitia yang hanya menyediakan sekitar 2.517 lowongan dari 64 perusahaan yang berpartisipasi.

Menjelang tengah hari, seorang anggota panitia berniat untuk menempelkan sebuah pamflet besar yang menampilkan foto QR Code, yang jika dipindai seharusnya mengarahkan peserta ke daftar lengkap perusahaan beserta posisi-posisi pekerjaan yang sedang dibuka.

– Momen Pemicu Kericuhan

Seorang pencari kerja secara tiba-tiba merebut pamflet QR Code tersebut bahkan sebelum sempat ditempelkan dengan benar, tindakan ini langsung memicu reaksi spontan dari para peserta lain yang berusaha mendekat dan berebut.

Akibatnya, aksi saling dorong tak terhindarkan di antara para pencari kerja yang hadir. Benturan fisik, bahkan adu pukul, terjadi di tengah-tengah kerumunan massa yang semakin padat.

Situasi dengan cepat berubah menjadi tidak terkendali. Banyak peserta yang merasa kelelahan dan terhimpit oleh desakan massa yang kuat.

Dilaporkan bahwa sejumlah orang, terutama para perempuan, pingsan akibat kesulitan bernapas dan kepanikan yang melanda. Tim petugas medis segera dikerahkan untuk memberikan pertolongan kepada para korban.

Faktor-faktor Penyebab Kericuhan?

1. Jumlah Peserta Melampaui Kapasitas

Menurut Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, jumlah peserta yang hadir sungguh di luar perkiraan awal.

“Kita hanya membuka sekitar 2.000 lebih lowongan, tetapi faktanya yang datang mencapai 25.000 orang. Ini bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan, melainkan menjadi beban moral bagi kami,” ungkap Ade kepada para wartawan pada hari Selasa, (27/5/2025).

2. Terbatasnya Lapangan Kerja yang Tersedia

Meskipun Kabupaten Bekasi memiliki sekitar 7.000 perusahaan yang beroperasi aktif di berbagai kawasan industrinya, hanya sebagian kecil saja yang memutuskan untuk berpartisipasi dalam acara job fair ini.

Ketidakseimbangan antara jumlah perusahaan yang ada dan jumlah lowongan kerja yang tersedia menjadi salah satu sumber tekanan besar bagi para peserta yang membeludak.

3. Distribusi Informasi yang Kurang Efisien

Pemanfaatan QR Code sebagai satu-satunya sarana penyebaran informasi tidak diimbangi dengan sistem distribusi yang memadai.

Informasi hanya disebarkan melalui pamflet fisik terbatas, bukan melalui kanal daring yang memungkinkan akses secara massal dan serentak.

4. Kelelahan dan Tekanan Psikologis Pencari Kerja

Persaingan yang sangat ketat, antrean yang mengular panjang, dan tekanan untuk segera memperoleh pekerjaan menciptakan suasana yang penuh emosi.

Dalam kondisi kelelahan fisik dan kepadatan kerumunan, potensi konflik menjadi sangat mudah tersulut.

Bupati Ade menyatakan komitmennya untuk meningkatkan kuota lowongan kerja pada gelombang job fair berikutnya, serta berencana memanggil pihak kawasan industri untuk mendorong partisipasi yang lebih luas.

“Harus ada kontribusi nyata. Dari total 3,2 juta penduduk, banyak yang menggantungkan harapan besar pada keberadaan 7.000 perusahaan ini,” tegas Ade.

Kericuhan yang terjadi di job fair Bekasi bukanlah sekadar insiden terisolasi, melainkan sebuah refleksi dari krisis ketenagakerjaan yang nyata dan mendalam.

Dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan saat ini, pekerjaan telah menjadi kebutuhan mendesak bagi jutaan orang.

Pemerintah dituntut untuk tidak hanya berperan sebagai fasilitator acara semata, tetapi juga sebagai aktor strategis dalam membangun sistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif, efisien, dan tentunya manusiawi.

(Reporter: Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Fitria Chusna Farisa, Akhdi Martin Pratama)